𝗪𝗮𝗷𝗶𝗯 𝗕𝗮𝗴𝗶 𝗨𝗹𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗲𝗺𝗯𝗼𝗻𝗴𝗸𝗮𝗿 𝗡𝗮𝘀𝗮𝗯 𝗕𝗮𝘁𝗶𝗹 𝗬𝗮𝗻𝗴 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗮𝗸𝘂 𝗞𝗲𝘁𝘂𝗿𝘂𝗻𝗮𝗻 𝗡𝗮𝗯𝗶 𝗠𝘂𝗵𝗮𝗺𝗺𝗮𝗱 𝗦𝗔𝗪.
𝙈𝙚𝙢𝙗𝙤𝙣𝙜𝙠𝙖𝙧 𝙣𝙖𝙨𝙖𝙗-𝙣𝙖𝙨𝙖𝙗 𝙥𝙖𝙡𝙨𝙪 𝙠𝙚𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙣𝙖𝙗𝙞 𝙈𝙪𝙝𝙖𝙢𝙢𝙖𝙙 𝙎𝘼𝙒 𝙩𝙚𝙡𝙖𝙝 𝙙𝙞𝙡𝙖𝙠𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙪𝙡𝙖𝙢𝙖-𝙪𝙡𝙖𝙢𝙖 𝙢𝙖𝙨𝙖 𝙡𝙖𝙡𝙪. 𝙎𝙚𝙥𝙚𝙧𝙩𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞𝙡𝙖𝙠𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙄𝙗𝙣𝙪 𝙃𝙖𝙯𝙢 𝙖𝙡-𝘼𝙣𝙙𝙖𝙡𝙪𝙨𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙄𝙢𝙖𝙢 𝙏𝙖𝙟𝙪𝙙𝙙𝙞𝙣 𝘼𝙨-𝙎𝙪𝙗𝙠𝙞 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙤𝙣𝙜𝙠𝙖𝙧 𝙠𝙚𝙥𝙖𝙡𝙨𝙪𝙖𝙣 𝙣𝙖𝙨𝙖𝙗 𝘽𝙖𝙣𝙞 𝙐𝙗𝙖𝙞𝙙 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙠𝙪 𝙨𝙚𝙗𝙖𝙜𝙖𝙞 𝙠𝙚𝙩𝙪𝙧𝙪𝙣𝙖𝙣 𝙣𝙖𝙗𝙞 𝙈𝙪𝙝𝙖𝙢𝙢𝙖𝙙 𝙎𝘼𝙒.
Memberantas nasab-nasab palsu yang menisbahkan diri kepada Nabi Muhammad SAW hukumnya fardu kifayah. Ia termasuk dalam kategori amar ma’ruf nahi munkar.
Haram bagi para ulama untuk mendiamkan terjadinya pengakuan nasab seseorang atau sekelompok manusia yang menisbahkan diri sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW dengan dusta, karena yang demikian itu termasuk istihqor bi haqqi al mustofa (merendahkan hak Nabi Muhammad SAW)
Imam Ibnu Hajar al-Asqolani al-berkata:
ينبغي لكل احد ان يكون له غيرة في هذا النسب الشريف وضبطه حتى لا ينتسب اليه صلى الله عليه وسلم احد الا بحق (الصواعق المحرقة:2/537)
“Seyogyanya bagi setiap orang mempunyai kecemburuan terhadap nasab mulia Nabi Muhammad SAW dan mendhobitnya (memeriksanya) sehingga seseorang tidak menisbahkan diri kepada (nasab) Nabi Muhammad SAW. kecual dengan sebenarnya. (Ash-Showa’iq al Muhriqoh: 2/537)”.
Membongkar nasab-nasab palsu kepada Nabi Muhammad SAW telah dilakukan ulama-ulama masa lalu. Seperti yang dilakukan Ibnu Hazm al-Andalusi dan Imam Tajuddin As-Subki dalam membongkar kepalsuan nasab Bani Ubaid yang mengaku sebagai keturunan nabi Muhammad SAW.
Begitu pula yang dilakukan Al-hakim An-Naisaburi yang membongkar kepalsuan nasab Abu Bakar ar-Razi yang mengaku keturunan Muhammad bin Ayyub al-Bajali;
begitu pula dilakukan oleh Adz-Dzhabi yang membongkar kepalsuan nasab Ibnu Dihyah al-Andalusi;
Demikian juga Ibnu hajar al-Asqolani yang membongkar kepalsuan nasab Syekh Abu Bakar al-Qumni. (Ushulu wa Qowaid Fi Kasfi Mudda’I al-Syaraf: 11)
Wajib bagi ulama yang mengetahui batalnya nasab seseorang yang menisbahkan dirinya kepada nasab Nabi Muhammad SAW untuk menyebarkannya kepada orang lain.
Syekh Ibrahim bin Qosim berkata:
ولا يجوز للعالم كتمان علمه في هذا الباب فامانة العلم والكشف عن اختلاط الانساب من الامر بالمعروف.
“Dan tidak boleh bagi seorang alim menyembunyikan ilmunya dalam bab ini (nasab), maka amanah dalam ilmu dan membongkar tercampurnya nasab adalah bagian dari amar ma’ruf dan nahi munkar” (Ushulu wa Qowaid Fi Kasfi Mudda’I al-Syaraf: 13)
Imam Malik bin Anas berkata:
من انتسب الي بيت النبي صلى الله عليه وسلم يعنى بالباطل يضرب ضربا وجيعا ويشهر ويحبس .
“Barangsiapa yang bernisbah kepada keluarga nabi, yakni dengan batil maka ia harus dipukul dengan pukulan yang pedih dan di umumkan serta dipenjara” (Ushulu wa Qowaid Fi Kasfi Mudda’I al-Syaraf: 9)
(Ditulis oleh: KH Imaduddin Utsman al-Bantanie – Ketua Komisi fatwa MUI Banten, dan Pengurus LBM PBNU)
Thomas Bagus Sugeng Sutaman,
Muhaimi Bin Muhaimin,
Jad Zabin,
Doel Diel